Jumat, 11 Juli 2014

Senyum Khalid (part 2)

Sejak peristiwa hitam malam itu, lengkap sudah bagi Khalid untuk menyandang status yatim piatu. Khalid kini tidak punya orang tua lagi. Tak lama setelah ibunya meninggal, ia mendapat kabar dari sekelompok mujahidin yang menyatakan bahwa ayahnya telah menjadi syuhada di perbatasan Gaza. Tubuhnya remuk oleh ledakan mesiu yang diberikan oleh zionis saat ia berhasil menewaskan salah satu pimpinan dari mereka. Kedua orang tua Khalid telah syahid. Khalid turut berazam menjadi as-syahid seperti kedua orang tuanya.

Musim dingin terasa panas oleh hujan misil dari udara. Dan kegelapan menjadi selubung malam yang menyesakkan. Desember hampir berakhir, di negara lain malam tahun baru pasti akan dirayakan dengan indahnya kembang api, pesta dan sorak-sorai bahagia, namun di sini malam tahun baru kemungkinan akan menjadi malam gelap diselimuti tangis dan mayat-mayat di setiap jengkal langkah kaki. Kelabu pekat langit menggelayut saat Khalid melewati sekelompok kaum muslim yang sedang sholat di antara puing-puing bangunan di pinggir jalanan, di hadapan mereka berjejer rapi tubuh-tubuh anak-anak yang terbungkus kafan. Kematian menjadi pemandangan sehari-hari yang menghiasi jalan-jalan di Gaza.

Siang ini usai berjamaah sholat dzhuhur Khalid bergabung dengan teman-temannya yang lain yang senasib dengan berbekal batu-batuan mengalungi ketapel masing-masing. Setidaknya seperti itulah keadaan anak-anak seusia Khalid yang setiap harinya selalu mengalungkan ketapel di leher untuk mempertahankan diri. Berbekalkan dengan batu, dengan gagah berani dia ikut melempari setiap pasukan yang dengan angkuh duduk di mobil tank mereka. Meskipun lemparannya tidak berpengaruh terhadap kereta besi tersebut, Khalid terus melempar dengan batu ke arah setiap kereta baja yang dijumpainya.

Saat mereka sedang beristirahat dan saling bercerita tentang kehidupan mereka tiba-tiba terdengar suara pesawat dengan muntahan bomnya yang maha dahsyat. "Bismillahi tawakalna billah wa taqobbal du'ana ya robbuna." seru Khalid. Dengan cepat Khalid mengajak teman-temannya segera berlari menuju tembok reruntuhan untuk bersembunyi. Tak lama setelah itu mereka melihat dari kejauhan tank-tank zionis muncul satu persatu hingga terlihat jelas tank-tank tersebut berjumlah 5 buah dan paling tidak ada sekitar 15 orang tentara di dalamnya yang mengiringi dan mengawalnya dengan persenjataan yang lengkap dan canggih.

Khalid segera menginstruksikan teman-temannya agar segera bersiap-siap dengan memegang ketapel dan mengumpulkan batu untuk mempertahankan diri dan menyerang pasukan itu. Mobil-mobil baja beserta pasukannya tersebut sudah semakin dekat. Tiba-tiba "cleeek..pletaaakkkk!!! Khalid mengarahkan ketapelnya ke arah pasukan zionis tersebut. Kena. Batu dari ketapel itu tepat melukai salah satu tentara zionis yang berada tepat disamping tank yang dikawalnya.
Tentara itu geram, berusaha menembaki ke arah Khalid dan teman-temannya yang bersembunyi di balik reruntuhan bangunan. Sementara pasukan itu disibukkan oleh lemparan-lemparan batu yang dihadiahkan oleh teman-temannya, Khalid berhasil menyelinap ke salah satu tank dan mengambil beberapa granat. Dia terus berlari menjauh, perlahan-lahan kembali ke bilik persembunyiannya.

"Allohuakbar...Allohuakbar...Allohuakbar!!! Khalid bertakbir dengan lantang memimpin teman-temannya. Lalu diapun keluar dari balik reruntuhan sembari memegang granat yang ada di genggamannya, siap untuk diledakkan. Khalid berlari mendekati tentara dan tank-tank tersebut. Shuuuuuttt. Ia lemparkan granat itu dan dalam hitungan detik terdengar ledakan di sekitar tentara dan tank tersebut. Khalid berhasil menewaskan 5 orang tentara dan puluhan lainnya luka-luka. Sementara Khalid berjuang di barisan depan, teman-temannya ikut beraksi, melempari batu kearah mereka diselingi teriakan takbir yang membahana. Gema takbir yang terus menggema di jiwa hingga menembus relung hati membuat gemetar tubuh bocah-bocah kecil ini. Terutama Khalid, ia melihat ayah ibunya tersenyum bangga ke arahnya, Khalid menangis bahagia, tak kuasa ingin menjemput syahid.

Khalidpun melesat dengan cepatnya menuju ke arah pasukan dengan membawa serpihan botol dan beberapa kayu tajam bekas pekarangan rumah yang hancur akibat serangan tempo hari. Khalid dengan semangatnya yang terus berkobar, semakin mendekati pasukan itu dan melempar kayu serta pecahan-pecahan botol. Tepat mengena dan menancap di perut tentara zionis yang berada paling depan. Sementara itu teman-teman Khalid tertangkap dan dibawa ke pos-pos penjagaan terdekat, tentara zionis membalasnya perlakuan Khalid dengan menembakinya membabi-buta. Alhasil, Khalid tertembak dan satu persatu peluru canggih tentara itu bersarang di kakiknya, Khalid roboh seketika. Ia pun terseret bersama teman-temannya untuk dibawa ke pos penjagaan.

*********

"Hai bocah muslim keparat!!" seru salah seorang tentara itu sembari memukulkan senjata beratnya satu persatu di kepala Khalid dan teman-temannya. "Apakah kalian tidak takut mati seperti kedua orang tua kalian itu? Terutama kau!" Sambungnya dengan menunjuk ke arah jidat Khalid. Tampaknya ia tidak terima dengan kematian rekan-rekannya akibat perbuatan nekad Khalid tadi.
" Demi Allah, tidak. Kami lebih baik mati berkalang tanah mempertahankan negara kami yang kalian jarah dengan segala sifat kerakusan kalian. Sekarang bunuhlah kami, itu lebih mulia daripada kami harus melihat wajah-wajah kalian yang dimurkai Allah dibumiNya. Orang tua kami sudah menunggu kami di surga."jawab Khalid dengan lantang. Plakkkk! Tamparanpun mendarat di kepala Khalid. Teman-temannya langsung mengerumuni membentuk lingkaran seakan-akan membuat tameng bagi Khalid . Tapi ditepis oleh Khalid setelah melihat pintu jeruji yang terbuka. Dengan isyarat mata ia pun menyuruh teman-temannya segera keluar. Meski teman-temannya protes, Khalid tetap bersikeras untuk tetap tinggal di dalam bilik jeruji itu. Kaki Khalid terluka kena peluru dalam insiden tadi sehingga area perlawanannya sangat sempit. Khalid terus saja melawan setiap umpatan sang zionis yang menyiksanya dengan pukulan bertubi-tubi, sengaja ia lakukan ini agar temannya bisa keluar dengan selamat dan perhatian tentara itu hanya terpusat kepadanya. Tak lama kemudian sang tentara yang menyadari siasat Khalid, langsung memberi ultimatun ke seluruh pasukannya agar kembali mencari teman-teman Khalid yang kabur. Tak terima dikecoh oleh seorang anak kecil, tanpa mengulur-ulur waktu lagi, ditariklah moncong pistol yang berada di balik seragamnya. Doooor!!! Peluru itu tepat mengenai bagian ubun-ubun Khalid. Seakan nyawa Khalid adalah sebuah mainan yang bisa ia mainkan sesuka hati, suara tembakanpun ramai memenuhi ruangan itu. Berkali-kali pistol itu ditembakkan. Beberapa lubang pelurupun bersarang di dada Khalid hingga menembus punggungnya. Khalid roboh dan tergeletak. Dia mengucapkan tahlill dan syahadat, lalu tersenyum menyebut nama orang tuanya. Sang zionis tertawa congkak, berbangga hati telah mampu menghabiskan nyawa bocah itu. Sesungguhnya ia dan pasukannya takut kepada Khalid. Takut jika Khalid besar nanti menjadi sosok mujahidin yang tak pernah gentar dengan kematian. Sebab itulah, anak kecil dijadikan sasaran.

Sementara itu di luar pos penjagaan, teman-teman Khalid menangis bersama. Mereka mendengarkan suara ramai di dalam pos itu dan mendapatkan firasat buruk tentang Khalid. Mereka semua mendoakan Khalid. Tak lama kemudian, wangi kesturi tiba-tiba muncul di sekitar mereka, membuat bulu kuduk mereka meremang, Khalidkah yang tengah hadir bersama mereka itu?

TAMAT

######

Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir

Semua menjadi saksi
Atas langkah keberanianmu
Kita juga menjadi saksi
Atas keteguhanmu

.................................................................................
................................................................................

(Kutipan lagu "Merah Saga")
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

0 komentar:

Posting Komentar