Minggu, 22 Maret 2015

Manajemen Cinta dan Jodoh

Apabila seseorang akan membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan beberapa pilihan. Sejak dari memilih lokasi di mana rumah itu akan didirikan, sampai kepada menentukan bahan-bahan kualitas yang akan dipakainya, sampai kemudian kepada wujud dan bentuk rumah yang akan ditinggalinya.
Demikianlah bahwa untuk membangun sebuah rumah, yang hanya untuk menaungi kehidupan di dunia ini kita mengadakan berbagai macam pilihan. Apalagi kalau kita akan membangun sebuah rumah tangga yang kita harapkan tidak hanya menaungi kehidupan di dunia ini, tidak hanya untuk kepentingan kita saja, tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita di belakang hari termasuk sampai kepada hari akhirat nanti.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan yang artinya “Bahwa manusia apapun jenisnya asal dia bernama manusia dihiasi dengan perasaan cinta kepada perempuan”, jadi sejak dahulunya secara fitrah laki-laki seneng kepada perempuan sebagaimana perempuanpun seneng kepada laki-laki. Dihiasi rasa cinta ini dalam kehidupan manusia. Dan oleh karena adanya rasa cinta berkembanglah segala macam persoalan. Sehingga seorang ahli cinta pernah berkata, cinta adalah 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai, 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai-selesai.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita saksikan bahwa cinta ini bisa mendorong memberikan motivasi yang baik dan cinta inipun bisa juga memberikan dorongan yang tidak baik, oleh karenanya apabila cinta itu ibarat setetes embun yang jatuh di bumi yang subur akan tumbuhlah di atasnya aneka ragam bunga-bunga-an yang harum semerbak indah mewangi, sedap dipandang orang menebarkan rasa aman, damai, sentosa dan begitu selanjutnya, tapi jika cinta itu jatuh di hati yang gersang dan tandus tidak ada  yang akan dapat tumbuh di sana selain sirih memanjat batu, kuning daunnya, lemah gagangnya. Maka cinta yang semacam itu tidak akan memberikan dorongan positif kepada seseorang di dalam kehidupannya. Maka lebih dahulu kita akan membicarakan cinta dalam artian yang positif ini untuk nanti sampai kepada perempuan yang bagaimana yang harus kita cintai  atau laki-laki yang bagaimana yang harus  dicintai oleh seorang perempuan.

MACAM-MACAM CINTA

1. Cinta itu indah

Dia selalu mendatangkan  keindahan, yang kedua cinta itu memberikan energi atau semangat untuk berjuang dan yang ketiga cinta itu selalu membawa resiko dalam bentuk pengorbanan.
Cinta yang melahirkan keindahan, di sinilah orang memerlukan filter atau saringan sebab keindahan yang di dasarkan karena cinta itu merupakan suatu keindahan yang relative saja.  Boleh jadi karena indah orang jadi cinta, boleh juga jadi karena cinta segala sesuatu terasa  jadi indah. Namun bagaimanapun juga kalau hati sudah diliputi oleh rasa cinta segalanya akan terasa menjadi indah, cinta itu adalah keindahan.

2. Cinta itu energi

Yang kedua cinta itu energi melahirkan dorongan dan semangat, yang lemah bisa menjadi kuat, yang takut bisa menjadi berani, yang jauh jadi terasa dekat, itu semua karena dorongan cinta. Dan dari energi ini lahirlah yang ketiga bahwa cinta adalah pengorbanan, sehingga orang berkata berani bercinta artinya harus berani berkorban, takut berkorban jangan bercinta. Kalau cinta ini kita salurkan kepada nilai-nilai agama umpamanya yang pertama cinta mendatangkan keindahan kita cinta kepada agama maka apapun yang diperintahkan oleh agama akan terasa menjadi indah. Sholat akan terasa menjadi indah, puasa terasa menjadi indah, zakat terasa menjadi indah, jihadpun akan terasa menjadi indah. Subhanallah.... 😍

Pernah denger lirik lagu ini : gunung kudaki... lautpun kan kusebrangi...
Ini adalah lirik seseorang yg sedang dimabuk cinta. Untuk apa itu? Untuk menemui apa yang kita cintai. Cinta selamanya melahirkan energi, capek tidak terasa, lelah tidak terasa, semuanya tertutup oleh keindahan yang bernama cinta.

3. Cinta itu pengorbanan

Apabila kita cinta kepada agama maka pengorbanan terhadap apapun yang diminta oleh agama, baik itu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan pengorbanan nyawa sekalipun kita tidak akan berat melaksanakannya karena cinta kita kepada agama yang kita anut ini. 
Demikian juga cinta kita kepada seseorang, gebetan misalnya, akan membuat kita rela berkorban, apapun yang dia minta, jangankan kita mampu, kita tidak mampu sekalipun kita pasti berusaha untuk mampu guna memenuhi tuntutan si buah hati belahan jantung. Kadang-kadang malam minggu si do’i ngajak nonton, umpamanya. Duit tidak ada, gajian belum,  kerja enggak. Timbullah inisiatif entah sepatu kita jual ke tukang loak, minta uang ke ortu, entah pinjem uang teman sekosan dulu, yang penting kita berkorban untuk memenuhi permintaan si dia.
Karena dalam kasus ini, tak jarang pihak perempuan jg malah berkorban materi. Ketika itu pengorbanan sudah tidak kita rasakan lagi. Bahkan pengorbanan yang paling pedih sekalipun, dalam gurau dalam bercanda misalnya dicubit kita oleh kekasih kita, pedih bukan main, terkelupas kulit, mengalir darah, bukan nangis, malah nyengir.

Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. 

Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). 

Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu : 

1. Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
2. Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
3. Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Yang mirisnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan lawan jenis identik dengan pacaran. Apalagi juga ada istilah pacaran yg Islami... Lucu ya kedengarannya... rada maksa. 

Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu? Memiliki rasa cinta adalah fitrah
Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya, yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya..." pacaran yuk".
Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak. 
Naudzubillah...

In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks).
Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32
Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Astaghfirullah... 

Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).

Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).

Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).

Kita harus terikat aturan Allah. Kita juga dibekali akal untuk memahami aturan-Nya. Ketika kita memutuskan untuk taat atau melanggar aturanNya adalah pilihan kita sendiri. 

Ada sebagian yg beralasan, kak sy pacaran kan biar enteng jodoh....biar gak dikata gak laku dll. 
Masalahnya....
Bagaimana cara kita untuk mendapatkan jodoh adalah pilihan kita. Dengan jalan yang diridhoiNya atau tidak. Tetapi hasil akhirnya Allah yang menentukan. Orang pacaran selalu menutupi kekurangannya dan menampilkan yang baik-baik saja. Cari informasi dari orang dekatnya (saudara, teman, tetangganya).  Perlu juga penilaian dari orang tua dan keluarga kita. Biasanya kita tidak dapat melihat kekurangan orang yang kita cintai.

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."



Kalau demikian masalahnya di dunia yang penuh dengan perbenturan nilai sekarang ini orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Jangan lupa bahwa membangun rumah tangga ini bukan hanya untuk satu-dua bulan, bukan hanya untuk satu-dua taun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia lebih daripada itupun untuk menunjang kebahagiaan di akhirat. 

Oleh karenanya memilih jodoh bukan suatu hal yang mudah, bukan suatu hal yang bisa dilaksanakan sambil lalu, tetapi memerlukan penelitian, memerlukan pengamatan yang mendalam. Apa petunjuk agama tentang itu dengan kata lain bagaimana seharusnya seseorang memilih jodoh dalam kehidupannya. Ini tentu saja sumbangan moril buat adek-adek remaja.


"Jodoh adalah Taqdir Allah Swt"

Allah Swt menetapkan tiga bentuk taqdir dalam masalah jodoh. Pertama, cepat mendapatkan jodoh. Kedua, lambat mendapatkan jodoh, tapi suatu ketika pasti mendapatkannya di dunia. Ketiga, menunda mendapatkan jodoh sampai di akhirat kelak. Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah adalah hal terbaik untuk kita.

Allah Swt berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216).

"Kriteria Pasangan Ideal"

Nabi bersabda: ”Apabila datang kepada kalian lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya,maka nikahkanlah ia (dengan puteri kalian).  Sebab jika tidak, maka akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar”.

Lelaki yang bertaqwa akan mencintai dan memuliakan istrinya. Jika ia marah tidak akan menzhalimi istrinya.
Kaum jahiliyah menikah dengan melihat kedudukan, kaum Yahudi menikah dengan melihat harta, kaum Nasrani menikah dengan melihat rupa, sedangkan umat Islam menikahkan dengan melihat agama.

Nabi bersabda:"Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah." Sulit mencari jodoh bisa jadi karena kriteria terlalu muluk. Janganlah kita menginginkan kesempurnaan orang lain, padahal diri kita tidak sempurna.

Terus klo gak dgn pacaran gimana cara dapet jodoh kak...teman2 udah pada banyak yg menikah, ...

Ini dia jawabannya :

1. Silaturahmi
Cara mencari jodoh yang benar menurut Islam salah satunya dengan bersilaturrahim ke tempat saudara atau mengikuti pengajian. Ustadz, teman, orang tua, saudara, keluarga, dll bisa diminta bantuan. 
2. Introspeksi diri
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shaleh, maka kita harus menjadi orang yang shaleh juga. Allah Swt berfirman: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula}” (QS. An Nuur: 26
Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu, tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian. " (HR. Muslim, Hadits no. 2564 dari Abu Hurairah).  Jadi, lelaki atau wanita yang baik menurut pandangan Allah itu adalah lelaki atau wanita yang baik iman dan amalnya.
Secara lahiriah kita perlu menjaga kebersihan, kerapihan dan menjaga bau badan. Bukan berdandan berlebihan (tidak Islami), tapi tampil menarik.
3. Jangan mencintai manusia secara berlebihan
“Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Jika kita mencintai manusia lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika ditinggalkan.
Jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama hamba yang Sholeh.
4. Jika gagal berusaha lagi
Jika kita gagal, jangan putus asa dan minder. Kita harus sabar dan tetap berusaha mendapatkan yang lebih baik lagi. Yakinlah ada yang lebih baik yang sedang dipersiapkan Allah untuk kita.
Para sahabat besarpun mengalaminya. Contohnya Utsman ra yang melamar putri Abu Bakar ditolak, lalu melamar putri Umar juga ditolak, akhirnya malah menjadi menantu Rasulullah Saw.

Jodoh tidak akan lari dan akan datang pada waktunya. Bersabarlah dan sibukkan diri dengan amal sholeh.  Hadapilah dengan sikap tenang, santai, tidak mudah emosi/sensitif, tidak larut dalam kesedihan, tidak berputus asa dan tetap bersemangat.

Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin. Segala keadaan dianggapnya baik, dan hal ini tidak akan terjadi, kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur, maka itu tetap baik baginya dan apabila ditimpa penderitaan ia bersabar maka itu tetap baik baginya.” (HR Muslim)

Gunakan energi kita untuk lebih mendekatkan diri dan mencintai Allah Swt., orang tua, dan umat. Yakinlah dengan keadilan-Nya bahwa setiap manusia pasti memiliki jodoh masing-masing. Yakinlah bahwa semua kondisi adalah baik, berguna, dan berpahala bagi kita.

0 komentar:

Posting Komentar