Jumat, 04 Desember 2015

Hakikat Kekayaan Sejati

Hakikat Kekayaan Sejati

Seringkali kita jumpai dalam realita kehidupan sehari-hari betapa banyak mereka yang diberi kenikmatan duniawi yang melimpah ruah, jabatan elit, hidup mewah hingga anak  cucunya, namun mereka tetap saja mengeluh dan merasa kurang cukup dengan apa yang ia nikmati di dunia. Hingga akhirnya ketamakanpun tak ayal merasuk ke dalam urat nadi mereka dan mendarah daging. Dengan kondisi demikian, kecil kemungkinan bagi mereka untuk memperhatikan kualitas agama yang mereka miliki, sedang hampir seluruh waktu yang mereka miliki dicurahkan untuk memperoleh kekayaan materi di dunia.

Ada juga kita jumpai mereka yang hidup apa adanya, tidak memiliki apa-apa, mereka memiliki sifat qanaah dan "Trimo Ing Pandume Gusti" (menerima apa yang diberikan oleh Allah), justru mereka inilah orang-orang yang kaya sesungguhnya. Mereka tidak merendahkan diri di hadapan sesama mahkluk yang hina dan dhaif atau bahkan menempuh jalan-jalan haram demi memperbanyak kuantitas harta yang ada. Mereka cukup mengeluh kepada Sang Pemberi Rezeki saja.

Inilah kaya yang sesungguhnya, tanpa ada manipulasi dan pencitraan diri, polos, dan jujur. Mereka kaya hati sehingga bisa menikmati hidup dengan santai tanpa harus ketakutan  memikirkan hartanya berkurang atau tidak. Bahkan dengan kezuhudan mereka, kualitas ibadah merekapun lebih terjaga keikhlasannya.
Memang tidak munafik kita juga butuh harta dunia, tapi semuanya akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan kebutuhan akhirat. Hidup itu harus seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat.

Hal ini selaras dengan hadist-hadist Nabi yang menjelaskan bahwa kekayaan sejati itu letaknya di hati bukan dengan harta yang menumpuk.

"Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya kemewahan dunia, akan tetapi kekayaan hakiki adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati)."
(HR. Bukhari : 6446; Muslim:1051)

Firman Allah :
"... Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui." (QS. At-Takaatsur(102); 1-4)

Oleh karena pentingnya kekayaan hati ini, Umar ra pun pernah berpesan dalam satu khutbahnya :
"Tahukah kalian sesungguhnya ketamakan itulah kefakiran dan sesungguhnya tidak berangan-angan panjang merupakan kekayaan..."

Saad bin Abi Waqqash ra juga berwasiat kepada putranya :
" Wahai putraku, jika dirimu hendak mencari kekayaan, carilah ia dengan qanaah, sebab qanaah merupakan harta yang tidak akan lekang."
(Uyun Al Akhbar :3/207)

Dan sebagian ahli hikmah pernah ditanya, "Apakah kekayaan itu?" Dia menjawab, " Minimnya angan-anganmu dan engkau ridha terhadap rezeki yang mencukupimu."
(Kitab Ihya 'Ulum ad Diin 3/212).

Begitu banyaknya anjuran untuk hidup dengan qanaah, semoga kita semua dihindarkan dari sifat tamak dan egois di dunia serta dianugrahi kekayaa hati dengan sifat qanaah, ikhlas, zuhud  dan tawadhu'.

آمِينْ... آمِينْ... يَارَ بَّ الْعَالَمِينَ.

Kediri, Jumat 4 Desember 2015

Follow me :
Twitter : @ YumnaaF
Fb : Yumnaa Fakhriyah
IG : yumnaa_fakhriyah
Blog : yumnafakhriyah.blogspot.com

Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar