Jumat, 30 Mei 2014

Belajar Membuat FTS

Ini adalah salah satu FTS Чªлб pertama kali Ώ̶̲̣̣̥ku̶̲̥̅̊ buat. Kemarin sempat ku posting di sebuah grup kepenulisan dan berhasil tewas dengan nilai 60 hihihihi :D
Tapi aku rapopo...Чªлб penting dah berusaha.
Di tulisan ini memang lebih menonjol "tell" jadi wajar jika tidak termasuk kategori FTS. Bagi teman-teman Чªлб membaca, harap dimaklumi yah jika masih banyak typo disana-sini, feel kurang terasa dan masih terdapat serangan"ku". Masih newby ini :(


Judul : ASRUL
Namaku Atik. Aku seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak perempuan. Suamiku menjabat sebagai wakil direktur di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkayuan dan kehutanan. Kadang jika ada suatu proyek besar-besaran yang kiranya menghasilkan uang, suamiku tak segan-segan ikut terjun langsung mengurusi pabriknya di daerah Sekayu.
Pagi ini setelah sarapan, kulihat Mas Asrul bersiap-siap memasukkan berkas-berkas dan beberapa baju ke dalam tas kerjanya.
"Jadi Mas, hari ini berangkat ke pabrik?" tanyaku.
"Iya Dek, ada investor yang akan menyuntikkan dananya ke perusahaan kita. Tapi dia ingin meninjau lokasi dulu di pabrik. Doakan lancar ya, ini juga buat masa depan anak-anak kita. Sebentar lagi anak kita, Ayu, daftar kuliah kedokteran. Butuh biaya banyak."
"Doaku selalu menyertaimu, Mas."
Kuantarkan suamiku menuju mobilnya dan setelah pamit, diapun berangkat ke pabrik. Meski kami sering berada dalam hubungan jarak jauh, tapi rumah tangga kami tetap harmonis. Jarak bukanlah sebuah halangan.


Akhirnya, hari bahagia itu tiba. Ayu dinyatakan lolos seleksi mahasiswa kedokteran di sebuah Universitas Negri di kota Palembang.
"Bunda, bagaimana kalau sesekali kita beri kejutan Ayah. Kita diam-diam menyusul ke pabrik. Kita adakan acara makan-makan bersama dengan karyawan pabrik untuk merayakan bahwa Ayu sudah diterima di Fakultas Kedokteran. Bagaimana?"
"Itu ide bagus. Bunda setuju. Sekalian kita ajak Indah." Indah adalah anak keduaku.

Akhirnya, pagi ini aku dan kedua anakku nekad menyusul suamiku ke pabrik dengan diantar sopir pribadi. Lama waktu yang ditempuh kurang lebih selama 4 jam perjalanan sama sekali tak membuat kami lelah. Tak lupa juga kubawakan beberapa tumpukan dus berisi makanan katering untuk acara makan-makan nanti.

Setelah hampir 4 jam perjalanan, akhirnya tiba juga di lokasi pabrik.
"Bunda, itu Ayah." kata Indah dan ayu bersamaan. Mereka berhamburan keluar dari mobil. Tampak ia terkejut, lalu tersenyum lebar menyambut kami. Dipeluknya Ayu dan Indah.
"Kok Bunda dan anak-anak tidak bilang-bilang sih mau kesini?" tanya Mas Asrul tak sanggup menutupi keterkejutannya.
"Kalau bilang-bilang nanti bukan surprise namanya." Aku tersenyum.
"Ini Yah, Ayu diterima di FK. Makanya kami nekad kesini sekaligus merayakannya dengan makan-makan bersama. Yuk kita masuk kantor dulu, panggil karyawan yang lain dulu!" seruku.
Wajah Mas Asrul berubah pias. "Jangan dulu Dek, tempatnya masih berhamburan, kotor. Belum Mas bersihkan."
"Ada apa Mas Asrul nampak panik? Tidak ada wanita lain kan di dalam kantor?" Perasaanku jadi tidak enak. Sepertinya Mas Asrul berbohong. Tampak dari kedua matanya yang tak berani menatapku. Hatiku makin berkecamuk. Dalam waktu 5 menit, pertanyaanku terjawab sudah. Ada orang lain di ruangan itu, dan kini ia ikut keluar. Dia semakin mendekati arahku.

"Maaf Bu, apakah benar Anda istri dari Pak Asrul?"
"Ya, benar. Ada apa, Pak?"
"Pagi ini beberapa karyawan suami Ibu tetangkap saat melintas dengan membawa kayu-kayu gelondongan sebanyak 4 truk. Setelah kami periksa, tidak ada surat izin. Kemungkinan besar, ini adalah praktik illegal logging. Dan suami Ibu berada di belakang ini semua. Kami akan meminta keterangan dari para saksi dan juga Bapak Asrul sendiri. Untuk itu, siang ini juga, saya akan membawa suami Ibu ke kantor polisi."

Aku terhenyak. Kalimat demi kalimat Polisi Hutan itu membuat aliran darahku seketika beku.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

0 komentar:

Posting Komentar