Kamis, 30 Juli 2015

JANGAN TERTIPU DUNIA


Allâh SWT berfirman,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allâh, lalu Allâh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Hasyr [59]: 19)

Allâh memperingatkan kita sebagai hamba-Nya agar jangan sampai lalai dari bertakwa kepada-Nya dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian. Jika kita lalai terhadap dua perkara tersebut maka kita telah menjadi orang yang menyerupai orang-orang yang telah lupa pada Allâh dan lalai dari mengingat dan menunaikan hak-hak-Nya, yaitu dengan beribadah kepada-Nya semata. Mereka fokus untuk mendapatkan bagian hidup dunia dan memenuhi syahwat mereka, akan tetapi mereka tidak benar-benar mendapatkannya. Bahkan, Allâh menjadikan mereka lupa pada hal-hal yang mendatangkan kebaikan untuk diri mereka dan menjadikan mereka lalai pada hal-hal yang bermanfaat. Maka jerih payah mereka berakhir sia-sia dan kembali dengan memikul kerugian di dunia dan di akhirat. Mereka menderita kesedihan yang sangat dalam yang tidak mungkin bisa diobati karena mereka adalah orang-orang yang fasik, yaitu orang-orang yang menyimpang dari jalur ketaatan kepada Rabbnya dan menenggelamkan diri mereka dalam kubangan lumpur maksiat kepada-Nya.

Sahabat, adakah kesengsaraan yang lebih besar daripada kesengsaraan di akhirat? Mari kita jaga diri dan keluarga kita dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu dengan berusaha untuk bertakwa dimana pun kita berada dan menyibukkan diri untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian. Jangan perpanjang angan-angan.

Jangan berangan-angan bahwa bila kita hidup di pagi hari; akan bisa bertahan hingga sore.
Atau bila kita hidup di sore hari; akan mampu bertahan hingga pagi.

Karena betapa banyak orang yang hidup di pagi hari, akhirnya tidak bertahan hingga sore.
Sebaliknya, betapa banyak orang hidup di waktu sore, akhirnya tidak bertahan hingga waktu pagi.

Betapa banyak orang memakai baju sendiri, akhirnya baju tersebut dilepas oleh pemandi jenazah.
Betapa banyak orang yang meninggalkan keluarganya, lalu mereka menyiapkan makan siang atau makan malam untuknya, tapi akhirnya dia tidak bisa menyantapnya.
Dan betapa banyak orang yang tidur, akhirnya dia tidak bangun lagi dari kasurnya.

Intinya bahwa kita jangan sampai memanjangkan angan-angan kita.
Tapi, hendaknya kita waspada, cerdas, giat, dan tidak malas.

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS Ar-Rûm [30]: 7)

Ayat ini menggambarkan keadaan manusia yang banyak tertipu dengan perhiasan dunia serta memanjangkan angan. Mereka melalaikan kehidupan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal. Karena itulah mereka hanya mengetahui urusan dunia dan menilai segala sesuatu dengan ukuran dunia.

Al-Fudhail bin ‘Iyâdh rahimahullah menggambarkan kondisi mereka dengan berkata,
“Hai manusia malang!
Engkau berbuat jahat tapi menganggap diri berbuat baik.
Engkau bodoh tapi merasa pandai.
Engkau bakhil tapi merasa dermawan.
Engkau dungu tapi merasa cerdas.
Jatah hidupmu pendek tapi angan-anganmu panjang.”

Referensi :
Syarah Riyadhus Sholihin, jilid 3, bab: mengingat kematian dan memendekkan angan

0 komentar:

Posting Komentar