Senin, 15 Juni 2015

MAKNA SEBUAH KEBAHAGIAAN

"Urip iku mung sakdremo nglakoni"

Peribahasa Jawa itu entah sejak kapan terpatri kuat dalam ingatan saya. Sebuah nasehat singkat yang diturunkan dari generasi simbah, orang tua, hingga ke anak cucu. Paling tidak dari 1 peribahasa sederhana itu jika kita mau "tadabur" maknanya, ada suatu titik fokus dan inti tentang makna BAHAGIA.

Sebenarnya kebahagiaan itu ada pada diri semua orang, milik semua orang, tidak memandang si kaya dan si miskin, pejabat dan segala kemewahan duniawi, namun terletak pada jiwa dan hati yang tenang. Tidak harus kaya atau pejabat dan orang berharta, tetapi semua orang bisa memiliki kebahagiaan itu. Justu orang yang kaya yang selalu disibukkan dengan kekurangan dan pekerjaan sehingga hati mereka menjadi tidak tenang. Sebab, berapapun harta yang mereka miliki masih saja kurang tidak pernah merasa pas dan cukup, takut digondol maling, takut dirampok dll.
 
Oleh sebab itu, kita selalu ingat pada yang memberi dan yang menentukan kebahagiaan, karena Allah lah yang memberikan ketenangan kepada siapapun yang dikehendakinya dengan segala ke-Maha-an nya, maka dari itu marilah kita mengejar terus kebahagiaan itu dengan senantiasa ingat kepada Allah.

Mana mungkin kebahagiaan itu diberikan kepada orang-orang yang durhaka kepada Tuhannya, banyak mereka beranggapan bahwa kebahagiaan itu terletak pada harta yang banyak dan bertumpuk saja. Anggapan yang seperti itu tidak benar. Mereka lupa bahwa kemegahan, kedudukan dan semua kemewahan dunia itu pasti binasa tidak ada yang abadi.

Kalau orang mengerti bahwa hidup didunia ini hanyalah sebentar dan sementara. Seharusnya mereka sadar dan mencari bekal untuk persiapan nanti dalam perjalanannya menuju akhirat yang abadi. Sehingga dengan dengan perbekalan itu diharapkan agar mencapai tujuan ke akhirat dengan selamat, dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik, dan segera bertaubat atas dosa yang pernah dilakukannya.

Jadi, kebahagiaan itu tidak terletak pada harta dan dunia, tetapi terletak pada keimanan.

Allah S.W.T. berfirman dalam Surat Ar-Ra’du ayat 28-29 :
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik"

Sering kita mengeluh, kenapa kita diuji dengan kekurangan harta, kehilangan orang-orang terkasih, belum lagi dengan suasana iman kita yang sering bergelombang naik turun.

Terkadang saya balik tanya ke diri saya sendiri dengan terminologi agama hingga naluri dan qalb saya sering berdebat tentang hal ini.
“Lha kamu hidup ini mencari dunia atau akhirat?”.
Sisi naluri saya menjawab “mencari dunia”, tapi otak saya langsung menuding “salahmu sendiri dunia kok dijadikan tujuan, sedikit-sedikit mengeluh, tak pernah merasa cukup, inginnya dipuji manusia dll”.
Lalu sisi qalb saya menjawab “mencari akhirat”, otak saya katakan “kalau kamu mencari akhirat kenapa mengeluhkan dunia”. Kan sudah jelas sejak dahulu kala bahwa “urip kui mung mampir ngombe”, hidup hanya mampir minum. Namanya juga mampir, singgah sejenak, bukan bertempat tinggal. Sudah jelas dunia hanya tempat persinggahan sementara di tengah perjalanan, kok disangka kampung halaman".

Ma sha Allah...

0 komentar:

Posting Komentar